Selamat datang di Leira Buah Tropis...Berkebun Bersama Ariel...GO GREEN INDONESIA!!!

Saturday 25 February 2012

Ragam Bibit Tanaman Buah Mangga (Mangifera indica)





Mangga adalah salah satu jenis tanaman buah yang sangat populer dan dikonsumsi secara luas di seluruh belahan dunia. Tanaman yang asal-usulnya berasal dari India ini, tersebar dan ditanam oleh banyak orang, baik sebagai tanaman individual di halaman rumah maupun dikebunkan secara komersial dalam skala kecil maupun skala besar-besaran. Kualitas buah mangga umumnya ditentukan oleh : kemudahan dalam berbunga dan berbuah, jumlah buah per pohon dan refleksi jumlah buah per satuan luas (produktivitas), persentase daging buah yang dapat dimakan, tekstur daging buah (padat, lembut, berair), bertepung atau tidak, berserat atau tidak, dan tentu saja tingkat kemanisan daging buah.

Species mangga (Mangifera indica) juga dikenal memiliki beragam varietas yang layak untuk ditanam dan dikembangkan. Beragamnya varietas mangga tersebut, menyulitkan sebagian orang untuk mengindentifikasi varietas bibit mangga yang hendak mereka tanam, meski secara umum, morfologi bibit tanaman buah mangga adalah hampir sama. Beberapa varietas mangga menampilkan ciri morfologi yang sama, namun beberapa varietas mangga lainnya memiliki ciri morfologi yang berbeda, misalnya : daun muda berwarna hijau muda, hijau kekuningan, cokelat muda, cokelat tua, cokelat kemerahan, dan lain sebagainya. Persamaan atau perbedaan ciri morfologi ini yang dapat digunakan sebagai cara untuk membantu atau cara untuk memudahkan identifikasi varietas masing-masing.

Berikut adalah foto bibit dari beragam varietas mangga yang umumnya ditanam di Indonesia. Foto bibit yang ditampilkan terbatas pada mangga-mangga introduksi dari luar negeri, khususnya Thailand dan Australia dengan kualitas buah, khususnya rasa yang baik. Calon penanam akan lebih mudah mengidentifikasi varietas yang ingin ditanam dengan melihat penampakan morfologi bibit-bibit mangga tersebut.


Mangga Yuwen


Mangga Mundeunkao


Mangga Mundeunkao


Mangga Mahathir


Mangga Mahathir


Mangga Khiosawoei (Sirikit)


Mangga Khiosawoei (Sirikit)


Mangga Khioniyom


Mangga Khiojay Jumbo


Mangga Khiojay Jumbo


Mangga Irwin


Mangga Irwin


Mangga Irwin


Mangga Falan


Mangga Falan


Mangga Chokanan


Mangga Namdokmai #4


Mangga Namdokmai Mun


Mangga Cokbabun


Mangga Cokbabun

Friday 24 February 2012

Ragam Bibit Tanaman Buah Unggul


Bibit tanaman buah umumnya dibuat dengan cara "klonal", biasa juga disebut dengan istilah "bibit vegetatif", yakni bibit yang diperbanyak dengan tidak melalui proses perkawinan bunga jantan dan bunga betina. Karena tidak melalui proses perkawinan tersebut, bibit vegetatif akan mempunyai sifat yang sama dengan sifat induknya, dengan pola dan susunan gen yang identik. Bibit vegetatif dibuat dengan maksud untuk mempertahankan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh tanaman induk, antara lain : daya adaptasi yang luas, pertumbuhan yang cepat, ketahanan yang baik terhadap hama dan penyakit tanaman, kemudahan berbunga dan berbuah, dan tentu saja mampu menghasilkan buah dengan kualitas buah yang sangat baik (ukuran, kualitas tekstur daging buah, persentase daging buah yang dapat dikonsumsi, rasa dan aroma, daya simpan, dan sebagainya)

Cara perbanyakan vegetatif yang lazim dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman buah adalah : cangkok, okulasi (tempel mata), sambung pucuk (top grafting), sambung dini (mini grafting), sambung samping/sisi, sambung sisip, sambung susuan, dan stek batang. Dengan cara ini, semua kebaikan sifat tanaman induk akan diturunkan 100% kepada bibit-bibit yang dihasilkan tersebut.

Berikut adalah foto-foto ragam bibit tanaman buah unggul yang diperbanyak dengan cara vegetatif sebagaimana yang telah diuraikan di atas :


Bibit Jambu Citra Jumbo (cangkok)




Bibit Jambu Citra Jumbo (sambung sisip)



Bibit Cempeka (silangan Cempedak X Nangka)




Bibit Durian Monthong original




Bibit Durian Musangking original




Rambutan "Klengkeng"



Jambu air Black Kingkong




Jambu GT Variegata




Jambu Kristal




Jeruk Nipis Jumbo bulat




Jeruk Nipis Jumbo lonjong




Alpokat Jumbo (Marcus Pumpkin)




Miracle Fruit daun kecil




Nangka daging merah Thailand




Nangka Madu



Nangka Merah (Malaysia)



Nangka Tanpa Kulit




"Perfume Lemon"




Sawo Jumbo CM19




Sawo Jumbo Vietnam




Sawo Mentimun



Sirsak Madu




Durian Musangking (D197)



Tuesday 21 February 2012

Tips Mencangkok Tanaman Buah





1. Pilih cabang, dahan, atau ranting yang telah berkayu, dicirikan dengan warna kulitnya yang telah berubah menua, dari cokelat muda menjadi cokelat gelap (warna kulit cabang, dahan atau ranting bisa berbeda, bervariasi antar jenis tanaman)

2. Pilih cabang, dahan, atau ranting yang erect, membentuk sudut 45 derajat atau lebih (hingga 90 derajat) terhadap permukaan tanah. Selain memudahkan dalam pengeratan kulit, pertumbuhan akar cangkok akan cenderung lebih cepat dibanding jika cabang, dahan, atau ranting yang tumbuh mendatar. Akar akan tumbuh merata di semua sisi jika cabang yang dicangkok berada dalam posisi tegal lurus terhadap permukaan tanah. Catatan : efek gravitasi bumi akan menyebabkan akar akan tumbuh tidak merata dan hanya terkonsentrasi di bagian bawah cangkokan jika jika cabang yang dicangkok berada dalam posisi mendatar, searah permukaan bumi

3. Pilih cabang, dahan, atau ranting yang terletak di bagian terluar dari tajuk tanaman. Paparan sinar matahari akan sangat membantu tanaman untuk berfotosintesis dengan normal sehingga fotosintat yang terbentuk akan mempercepat pembentukan tudung akar, pada akhirnya akar normal akan terbetuk lebih cepat pula

4. Kerat cabang, dahan, atau ranting secukupnya, dalam kisaran 3 hingga 7 cm, tergantung diameter cabang, dahan, atau ranting. Semakin besar cabang, dahan, atau ranting yang dicangkok, semakin panjang pula keratan kulit yang dilakukan. Keratan yang terlalu panjang, melebihi 7 cm, selain menyusahkan dalam pembungkusan, juga menghabiskan banyak bahan cangkok yang digunakan, sehingga tidak efisien


5. Biarkan bidang cangkok yang telah dikuliti selama beberapa waktu (5-10 menit) agar kambium mengering dan membentuk lapisan berwarna cokelat

6. Kerik lapisan kambium berwarna cokelat tersebut dengan arah mata pisau tegak lurus untuk menghasilkan bidang cangkokan yang rata, tidak berbulu/berserat dan bersih. Jaringan kambium yang tersisa (tidak dibersihkan dengan baik) akan mengurangi bahkan menggagalkan tumbuhnya akar karena masih dapat menghubungkan jaringan floem yang menghantarkan fotosintat dari daun ke bagian bawah bidang cangkokan

7. Minimalkan luka yang terjadi pada kayu pada saat pengerikan kambium dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan arah mata pisau yang tegak lurus bidang cangkokan. Luka yang terlalu banyak pada kayu (dengan ciri utama berbentuk serat kasar) dapat menimbulkan infeksi jamur atau bakteri sehingga menggagalkan proses pembentukan akar dan proses pencangkokan secara keseluruhan

8. Semua jenis pisau dapat digunakan untuk mengerat kulit cabang/dahan/ranting dan membersihkan lapisan kambium asalkan mata pisaunya tajam dan berbentuk lurus, bukan melengkung ke atas atau ke bawah. Pisau dengan bahan stainless steel dengan mata pisau yang tajam sangat disarankan untuk membuat bidang cangkok

9. Gunakan media cangkok yang mudah didapatkan sekaligus mudah menumbuhkan akar. Beberapa bahan yang lazim digunakan adalah : sphagnum moss, cacahan memanjang sabut kelapa, cocopeat (serbuk sabut kelapa), lumut yang sebelumnya dikeringkan, kompos daun bambu, kompos dedaunan, campuran tanah liat dan pupuk kandang, dan berbagai macam bahan lainnya. Pada prinsipnya, media cangkok tersebut harus empuk/gembur agar menjadi media tumbuh akar yang optimal serta mampu menyimpan air dan menjaga kelembaban media dalam jangka waktu yang lama untuk meminimalkan penyiraman atau penambahan air pada media cangkok yang tentu saja merepotkan. Catatan : beberapa bahan (contoh : sphagnum moss, dapat mengikat dan menyimpan air sebanyak 5-10 kali bobotnya sendiri, sehingga penambahan air siraman untuk mempertahankan kelembaban sama sekali tidak dibutuhkan selama proses pencangkokan berlangsung.


10. Bungkus media cangkok dengan plastik transparan dengan tujuan untuk memudahkan pengamatan proses pembentukan akar sekaligus memonitor tingkat kelembaban media cangkok. Plastik harus diikat dengan kuat membentuk bulatan yang padat. Semakin kencang bulatan media yang diikat akan semakin cepat membentuk perakaran. Catatan : pertumbuhan akar berlangsung lambat jika media tanam terikat longgar dan tidak padat karena calon akar tidak mendapatkan bidang sentuh/kontak yang memadai dengan media tanam sehingga proses pencangkokan akhirnya menjadi cukup lama. Gunakan pengikat yang terbuat dari plastik es yang diiris karena plastik bersifat sangat lentur sehingga dapat mengikat media cangkok dengan kuat dan padat. Semua bidang keratan harus tertutup rapat karena luka keratan yang terbuka dapat menjadi sumber infeksi jamur dan bakteri.

11. Jika media cangkok terlihat mengering, dapat ditambahkan air dengan cara menyuntikkan air menggunakan alat suntik (spuit), air disuntikkan dengan memasukkan jarum suntik dari bagian atas cangkokan, menembus plastik pembungkus media cangkok dalam jumlah secukupnya, sekedar agar media cangkok menjadi lembab dan hindari penambahan air yang berlebihan yang membuat media cangkok menjadi sangat basah karena akar bisa membusuk


12. Akar yang tumbuh dan memenuhi media cangkok akan berubah warnanya dari warna keputihan pada awal pertumbuhan menjadi warna cokelat muda, dan hal ini menjadi tanda sebagai saat yang tepat untuk memotong dan memisahkan bibit cangkok dari tanaman induknya. Catatan : pada beberapa tanaman tertentu, klengkeng misalnya, akar cangkok umumnya tetap berwarna putih meski proses cangkok telah berlangsung dalam jangka waktu cukup lama



13. Langkah terakhir pasca bibit cangkok dipotong dan dipisah dari tanaman induknya adalah menanam bibit tersebut agar tumbuh sehat dan normal dengan akar baru. Banyak kegagalan pertumbuhan bibit cangkok pasca pemisahan dari pohon induk. Kuncinya adalah gunakan media tanam yang ringan dan poros agar akar yang masih lemah dapat tumbuh normal. Komposisi ideal yang biasa digunakan untuk transplanting bibit cangkok adalah campuran pupuk kandang, tanah dan sekam bakar dengan komposisi 1:2:3. Rendam cangkokan yang telah dibuka plastiknya dalam larutan B1 Liquinox dengan konsentrasi 0,01% hingga 0,03% (1 hingga 3 ml B1 Liquinox yang dilarutkan dalam 1000 ml air) selama satu jam, lalu masukkan ke dalam polybag/pot dengan media tanam yang telah dibuat, dan siram media tanam dengan sisa larutan B1 Liquinox

14. Simpan transplant bibit cangkok di tempat teduh dengan intensitas cahaya matahari 30% hingg 40% setidaknya selama seminggu sebelum akhirnya dapat dijemur di bawah sinar matahari penuh.

15. Pemberian pupuk kimia dapat dilakukan dengan cara kocoran, larutkan 2 gram NPK 20-7-7 ke dalam 1 liter air dan siramkan dua minggu sekali. Jika menginginkan pemberian pupuk organik, larutkan sebanyak 2 hingga 4 ml POC (Pupuk Organik Cair) ke dalam 1000 ml air, ulangi seminggu sekali.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More