Beberapa varian kelengkeng tidak
bisa berbunga dengan normal jika ditanam di daerah tropis karena umumnya
kelengkeng tersebut berasal dari daerah beriklim sub tropis, yang kondisinya
sama sekali berbeda. Perbedaan kondisi iklim itulah yang menyebabkan kelengkeng
sub tropis tersebut susah berbunga dan berbuah dengan normal jika ditanam di
daerah tropis. Varian kelengkeng seperti ini dikenal sebagai varian kelengkeng “temperate”. Pertumbuhan kelengkeng varian
ini sebenarnya sangat bagus jika ditanam di daerah beriklim tropis seperti di
Indonesia.
Di daerah asalnya yang sub tropis,
pada saat-saat tertentu, terdapat simpangan (amplitudo) temperatur harian yang cukup besar antara rerata
temperatur udara pada siang hari (misalnya kisaran 15-20 derajat Celcius)
dengan rerata temperature udara pada malam hari yang bisa turun dengan drastis (misalnya
kisaran 2-4 derajat Celcius). Simpangan (amplitudo)
temperatur harian rata-rata pada saat dan kurun waktu tertentu inilah yang pada
akhirnya akan menginduksi keluarnya bunga pada tanaman kelengkeng golongan
temperate tersebut. Di daerah tropis seperti di Indonesia ini, simpangan (amplitudo) rata-rata temperatur udara
harian umumnya terpaut sangat tipis antara rata-rata temperatur udara pada
siang hari dengan rata-rata temperatur udara pada malam hari, sehingga tidak
tercipta kondisi yang ideal untuk memunculkan induksi pembungaan. Di sisi lain,
pengubahan rasio Carbon/Nitrogen (C/N ratio) yang tinggi pada tanaman dewasa,
misalnya dengan pemangkasan dan perlakuan cekaman air yang dikombinasikan
dengan pemupukan phosphor (P) serta potassium (K) dosis tinggi tidak cukup
untuk merangsang tanaman agar segera berbunga. Karenanya diperlukan pendorong
yang bisa menginduksi keluarnya pembungaan pada tanaman klengkeng golongan
temperate yang ditanam di daerah tropis seperti di Indonesia, sampai pada akhirnya
ditemukan apa yang dikenal dengan istilah "booster" yang mampu mendorong dan memacu keluarnya pembungaan.
Booster kelengkeng ditengarai
mengandung persenyawaan antara Potassium (K) dan Chlorin (Cl), dengan rumus
kimia KClO3, yang berfungsi sebagai persenyawaan "anti retardant" yang fungsinya menghambat proses pembelahan
sel-sel dan pertunasan pada tunas-tunas di ujung tanaman (tunas apikal). Proses
penghambatan ini memacu rasio C/N pada tanaman meningkat dengan pesat dan
akhirnya menginduksi keluarnya pembungaan.
Penggunaan booster pada tanaman buah secara umum dan khususnya pada tanaman kelengkeng
harus dilakukan secara bijaksana. Secara fisiologis, penggunaan booster hanya baik dilakukan pada
tanaman dewasa yang sehat, cukup umur untuk berbuah atau dibuahkan, tidak sedang
dalam proses pertumbuhan tunas-tunas di
bagian ujung tanaman, serta tumbuh pada lingkungan yang subur dengan
suplai hara organik dan anorganik yang cukup. Penggunaan booster yang sembarangan pada tanaman yang tidak sehat serta tidak
didukung oleh lingkungan tumbuh yang baik, akan membuat tanaman
"tersiksa" secara fisiologis. Akibatnya, tanaman yang terganggu
sistem fisiologis hormonalnya, akan hidup merana pasca perlakuan, tercekam (stress)
berkepanjangan (biasanya nampak seperti layu berkepanjangan) dan pada akhirnya akan mati. Oleh karena itu, pelajari dengan
baik kondisi tanaman serta perlakuan booster yang akan diberikan, khususnya
mengenai dosis dan cara aplikasi yang aman bagi tanaman.
Booster kelengkeng dapat diaplikasikan dengan cara penaburan
padatan booster di atas permukaan
tanah di sekitar perakaran yang diikuti oleh proses penyiraman air, pelarutan booster dalam air dengan volume tertentu
lalu diaplikasikan dengan cara disiram ke seputaran akar, pengeboran pangkal
akar yang diikuti dengan proses penginfusan larutan booster, pelukaan kulit batang dengan kertas gosok yang diikuti
oleh penguasan larutan booster berkepekatan
tinggi di kulit batang yang sudah dilukai, serta penyemprotan daun dengan
larutan booster berkepekatan rendah.
Kombinasi beberapa cara tersebut di atas dapat dilakukan secara bersamaan untuk
mendapatkan efikasi booster yang
tinggi.
Hingga saat ini, ditemukan 2
bentuk booster di pasaran, yakni booster berbentuk padatan seperti tepung dan
booster berbentuk cairan yang dikemas dalam botol plastik. Dosis yang digunakan
tentu saja akan berbeda-beda, tergantung umur tanaman kelengkeng yang akan
diaplikasikan serta tingkat kemurnian kalium klorat yang terkandung pada
masing-masing booster yang dijual di pasaran tersebut.